Katarak
biasanya jarang kita perhatikan di usia kita yang masih muda. Akan tetapi
sungguh disayangkan apabila kita tidak mengenalnya sejak dini. Seperti kata
pepatah Tak Kenal maka Tak Sayang. Akan jauh lebih bermamfaat apabila kita bisa
mengetahui berbagai ragam penyebab dan gejala dini dari katarak itu sendiri.
Dalam
artikel kali ini, kita akan mengulas gejala dan penyebab dari salah satu
penyakit mata ini yang paling banyak menyebabkan Kebutaan.
Lensa mata adalah bagian transparan di
belakang pupil (titik hitam di tengah mata), yang berfungsi untuk memfokuskan
cahaya yang masuk melalui mata ke retina agar objek dapat terlihat jelas.
Seiring bertambahnya usia, protein pada lensa akan menggumpal dan
perlahan-lahan membuat lensa keruh dan berkabut. Hal ini menyebabkan
penglihatan menjadi kabur dan tidak jelas.
Katarak adalah penyebab utama kebutaan di
Indonesia. Dari hasil survey kebutaan di 15 provinsi tahun 2014-2016, diketahui
70-80% penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di Indonesia adalah
katarak.
·
Gejala Katarak pada Lansia
Katarak umumnya berkembang secara perlahan.
Awalnya, penderita tidak akan menyadari ada gangguan penglihatan, karena hanya
sebagian kecil lensa mata yang mengalami katarak. Namun seiring waktu, katarak
akan memburuk dan memunculkan sejumlah gejala berikut:
- Pandangan samar dan berkabut.
- Mata semakin sensitive saat
melihat cahaya yang menyilaukan.
- Melihat lingkaran cahaya di
sekeliling sumber cahaya.
- Sulit melihat dengan jelas saat
malam hari.
- Warna terlihat pudar atau tidak
cerah.
- Objek terlihat ganda.
- Ukuran lensa kacamata yang
sering berubah.
Meski umumnya katarak tidak menyebabkan rasa
sakit pada mata, namun penderita bisa merasakan nyeri pada mata, terutama jika
katarak yang dialami sudah parah, atau penderita memiliki gangguan lain pada
mata.
·
Penyebab dan Faktor
Risiko Katarak pada Lansia
Proses mengeruhnya lensa saat mengalami
penuaan belum diketahui dengan jelas. Meski demikian, ada beberapa faktor yang
dapat meningkatkan risiko seseorang terkena katarak, antara lain:
- Mata yang terlalu sering
terpapar sinar matahari.
- Penyakit tertentu, misalnya
diabetes, kerusakan retina yang diturunkan (retinitis pigmentosa), atau
radang pada lapisan tengah mata (uvetis).
- Konsumsi kortikosteroid dalam
jangka panjang.
- Pernah menjalani operasi mata.
- Pernah mengalami cedera pada
mata.
- Memiliki keluarga dengan
riwayat katarak.
- Pola makan yang tidak sehat dan
kekurangan
- Konsumsi minuman beralkohol
dalam jumlah banyak secara rutin.
- Merokok
·
Diagnosis Katarak pada Lansia
Untuk memperoleh diagnosis katarak, dokter
mata akan menanyakan riwayat penyakit dan gejala apa saja yang dialami
pasien. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan pada mata pasien, diikuti
dengan pemeriksaan penunjang seperti:
- Tes ketajaman penglihatan. Dalam tes ini, pasien
akan diminta membaca huruf dalam jarak 6 meter menggunakan satu mata, di
mana di saat yang sama mata yang lain akan ditutup. Huruf yang ditampilkan
akan semakin mengecil, hingga pasien tidak bisa membacanya dengan jelas.
- Pemeriksaan slit-lamp (lampu
celah). Pemeriksaan slit-lamp menggunakan
mikroskop khusus yang dilengkapi cahaya untuk menerangi lensa, iris, dan
kornea mata. Cahaya ini akan membantu dokter melihat kelainan pada mata
dengan lebih jelas.
- Pemeriksaan retina mata. Dilakukan dengan
memberikan obat tetes mata untuk membuat pupil membesar. Dengan bantuan
alat khusus bernama oftalmoskop, dokter akan lebih mudah melihat kondisi
retina.
·
Pengobatan Katarak pada Lansia
Operasi Katarak merupakan satu-satunya
penanganan katarak pada lansia. Namun keputusan untuk menjalani operasi
mempertimbangkan terganggunya aktivitas sehari-hari atau tidak, seperti
menyetir kendaraan atau membaca.
Dalam operasi katarak, lensa yang keruh akan
diangkat dan diganti dengan lensa tiruan. Lensa tiruan ini terbuat dari plastik
atau silikon, dan dapat digunakan untuk seumur hidup. Sedangkan pada kondisi di
mana lensa tiruan tidak bisa dipasang, pasien harus mengenakan kacamata atau
lensa kontak pasca operasi katarak untuk memperbaiki penglihatan.
Operasi katarak dilakukan dengan bius lokal
agar mata menjadi mati rasa, dan biasanya tanpa rawat inap. Rasa tidak nyaman
di mata umumnya dirasakan hingga beberapa hari pasca operasi. Pada pasien
dengan katarak di kedua mata, operasi dilakukan secara terpisah hingga pasien
sembuh dari operasi pertama, yaitu sekitar 6-12 minggu.
·
Komplikasi Katarak pada Lansia
Operasi katarak merupakan operasi yang aman dilakukan.
Namun, tetap ada risiko terjadinya perdarahan dan infeksi pasca operasi
katarak, walaupun jarang. Risiko lain yang mungkin terjadi setelah operasi
adalah ablasi retina, yaitu kondisi lepasnya retina dari posisi normalnya.
Kondisi tersebut bisa mengakibatkan hilang penglihatan sebagian atau
seluruhnya. Segera hubungi dokter bila muncul gejala ablasi retina seperti
munculnya bintik hitam yang tampak melayang pada penglihatan (floaters)
pasca operasi katarak.
Nah itu dia sedikit
ulasan pembahasan tentang penyakit mata (Katarak) yang banyak menjadi penyebab
kebutaan. (Sumber: https://www.alodokter.com/katarak-pada-manula).
0 Komentar